Saturday, November 14, 2009

Wine, Segelas Kenikmatan


Cita rasanya beragam. Ada ritual tertentu sebelum menikmati wine. Selain keceriaan, minum wine, yang sudah mentradisi di Eropa ini, turut menaikkan gengsi.


Suara lembut Norah Jones lewat Come Away With Me mengalun pelan. Beberapa meja telah terisi malam itu. Di salah satu meja terlihat lima orang berpakaian rapi sedang asik berbicara. Tak semuanya lelaki, dua orang di antara mereka perempuan. Selang beberapa jenak seorang dari antara mereka memanggil pelayan. “Cabernet Sauvignon,” katanya. Ia kemudian larut lagi dalam pembicaraan dengan teman-temannya. Tak lama kemudian lima seloki Cabernet Sauvignon diantar ke meja itu.

Di antara sayup suara musik dan suara pengunjung yang lain toast yang dilakukan. Tak langsung di minum, mereka lalu menggoyang seloki, meneguk dan membiarkan minuman itu masuk menjelajahi setiap sudut mulut, baru kemudian menelannya perlahan. Kejadian di acara wine free flow di Vin+ Kemang itu sungguh menarik.

Pemandangan itu tak lagi asing untuk dijumpai. Walau bukan hal yang baku namun di beberapa kafe dan lounge wine, ritual tersebut menjadi hal biasa. Kadar alkoholnya yang hanya 15% membuat wine digemari. Selain itu, harga wine yang tidak bisa dibilang murah membuat minuman ini hanya dapat dinikmati oleh kalangan tertentu.

Minum wine membawa kenikmatan tersendiri karena tiap jenis wine memiliki rasa yang berbeda. “Kenikmatan tiap jenis wine akan terasa berbeda pada setiap orang,” kata Andy Koesanto pemilik Paprika Wine Lounge & Restaurant Jakarta. Hal itu juga yang membedakan wine dengan minuman spirit seperti cognac dan vodka yang cenderung memiliki rasa yang statis.

Perbedaan cita rasa wine disebabkan setiap jenisnya memiliki resep sendiri pada saat pembuatan. Pecinta wine biasanya memiliki hidangan favorit, disesuaikan dengan cita rasa wine yang sedang dinikmati. Ketika menikmati Chardonnay atau White Burgundy penikmat wine biasanya memilih ikan sebagai hidangan tambahan. Sedangkan ketika sedang menikmati Rieselling mereka lebih memilih sayuran sebagai teman wine.

Biasanya tiap orang memmpunyai favorit sendiri dalam memilih dan menikmati wine. Meski begitu para wine lovers selalu antusias ketika diajak untuk mencoba rasa anggur baru. Dalam acara wine tasting ini, biasanya semua peserta bebas untuk mecicipi cita rasa wine dan memberikan komentarnya. Penyelenggara kadang-kadang mengundang ahli wine terkenal untuk memberikan komentarnya.

Hal yang sangat unik adalah pendapat ahli wine dalam acara tersebut bisa saja berbeda-beda. Kenyataan tersebut memang bukan hal aneh dalam komunitas wine. Hal itu hanya untuk menunjukan bahwa selera tak bisa diadaili. Andy Koesanto pun mengamini. “Ini soal selera. Seseorang tak perlu merasa risih ketika apa yang dia rasakan berbeda dengan orang lain. Inilah seninya minum wine,” cerita pria yang sejak tujuh tahun lalu telah jatuh cinta pada wine ini.

Kenyataaan tersebut tidak dengan sendirinya mereduksi kualitas wine. Seperti pada minuman lain ada standar kualitas tertentu pada wine. Kualitas sebuah wine ditentukan oleh jenis anggur, tempat dimana anggur tersebut ditanam, cara pengolahan, fermentasi dan cara pembotolan. Iklim di suatu daerah berpengaruh pada kadar gula buah anggur. Kadar gula yang dikandung buah anggur akan sangat memengaruhi kadar alkohol yang dihasilkan pada saat proses fermentasi.

Sebagai sebuah contoh, seorang wine lovers bisa langsung mengetahui jenis anggur yang digunakan pada wine ketika membaca tulisan pada botol wine. Jika pada botol anggur ditemukan tulisan Chardonnay berarti anggur yang digunakan adalah chardonnay, jenis anggur berkulit putih. Daerah Chablis dan Cote d’Or, Perancis terkenal sebagai penghasil anggur jenis ini. Dengan kadar gula yang baik, hasil fermentasi chardonnay menghasilkan wine dengan rasa yang dry.

Meski bukan sebagai negeri asal wine, Perancis dianggap negeri penghasil anggur terbaik. Bagi masyarakat di negara tersebut wine menjadi bagian dari keseharian. Minimal sehari mereka meminum segelas wine. Minum anggur telah menjadi sebuah tradisi. Di daerah utara Perancis, seperti Reims dan Epernay terkenal sebagai penghasil Champagne, yang dibuat dari anggur chardonnay, pinot noir dan pinot meunier.

Meski di Indonesia minum wine belum menjadi tradisi, namun cukup banyak yang menggemari minuman ini. Wine menawarkan sesuatu yang berbeda. Selain cita rasa minuman ini hanya bisa dinikmati dalam suasana yang santai dan rileks. Pemandangan di lounge wine, bisa jadi bukti. Menikmati wine, pada gilirannya akan menjadi lambang identifikasi kelas sosial. Dengan wine, ada kesenangan, kenyamanan, dan gengsi. Di titik ini Cato the Elder benar ketika ia mangatakan, “If I were asked what of earth’s bounty, takes pride of place, I would say it is wine.” (Christo Korohama/Manly)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home